BREAKING NEWS

Hari Nusantara Bukan Seremoni, PKN Tembus Lokasi Banjir Aceh


BERITA SOLO | ACEH — Bertepatan dengan peringatan Hari Nusantara, 13 Desember 2001–2025, Pimpinan Nasional (Pimnas) dan Pimpinan Daerah (Pimda) Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Aceh memilih tidak larut dalam seremoni. 

Di saat sebagian pihak memperingati Hari Nusantara secara simbolik, PKN justru turun langsung ke medan bencana, menembus banjir dan longsor di Seurah Maneh, Dayah Husen, dan Meunasah Lhok, Kabupaten Pidie Jaya, memastikan rakyat tidak dibiarkan berjuang sendirian.


Banjir dan tanah longsor akibat bencana hidrometeorologi telah melumpuhkan kehidupan ribuan warga. Akses terputus, rumah terendam, dan kebutuhan dasar menjadi semakin langka. 

Di momentum Hari Nusantara inilah PKN menegaskan makna sejati kebangsaan: politik harus hadir saat rakyat berada dalam kondisi paling rapuh, bukan hanya saat perayaan dan kampanye.

Sikap tersebut ditunjukkan secara nyata melalui kehadiran Bendahara Umum Pimnas PKN, Mirwan Amir, yang masih bertahan di salah satu posko banjir hingga tengah malam, berdialog langsung dengan warga terdampak, melakukan pendataan lapangan, serta memastikan bantuan tersalurkan secara tepat sasaran. 

Kehadiran itu berlangsung tanpa jarak dan tanpa panggung, di tengah genangan air dan dinginnya malam.

Bagi Mirwan Amir, kehadiran di Aceh bukan sekadar agenda struktural partai. Ia adalah tokoh yang tumbuh besar di Aceh, mengenal denyut kehidupan masyarakatnya, serta memahami bahwa bencana bukan hanya soal kehilangan harta, tetapi juga soal rasa ditinggalkan. Karena itu, ia memilih duduk bersama warga, mendengar langsung cerita kehilangan, kecemasan, dan harapan yang masih mereka genggam.

"Hari Nusantara bukan sekadar peringatan sejarah, tetapi panggilan tanggung jawab. Saya tumbuh besar di Aceh dan tahu rasanya ketika rakyat merasa sendiri. PKN hadir bukan untuk pencitraan, melainkan untuk membuktikan keberpihakan, bahwa politik dan kemanusiaan tidak boleh absen saat rakyat tertimpa musibah," tegas Mirwan Amir.

PKN menilai, bencana tidak semata-mata persoalan alam, tetapi juga cermin lemahnya tata kelola, mitigasi, dan kehadiran negara di wilayah rawan. Karena itu, PKN memilih turun langsung hingga ke wilayah yang sulit dijangkau, sebagai kritik nyata terhadap politik yang terlalu sering hadir dalam wacana, namun absen di tengah penderitaan rakyat.

Bantuan kemanusiaan yang disalurkan disesuaikan dengan kebutuhan paling mendesak di lapangan, meliputi:

* Mie instan
* Air mineral
* Roti
* Biskuit dan bubur balita
* Susu balita
* Lotion anti nyamuk
* Kopi sachet
* Sabun mandi
* Pakaian layak pakai

Distribusi bantuan dilakukan langsung oleh kader dan relawan PKN yang berbaur dengan warga, termasuk di wilayah dengan akses terbatas. Kehadiran yang bertahan hingga larut malam memberi kekuatan moral tersendiri bagi warga di posko pengungsian.

Salah seorang tokoh warga menyampaikan, “Di saat kami kelelahan dan bingung, PKN hadir, duduk bersama kami sampai malam, dan benar-benar mendengar. Itu lebih dari sekadar bantuan, itu penguatan bagi kami.”

Melalui aksi ini, PKN menegaskan bahwa Hari Nusantara tidak cukup dirayakan, tetapi harus dijalani dengan kerja nyata. Dan bagi Mirwan Amir, yang tumbuh besar di Aceh, kehadiran di tengah bencana adalah panggilan moral, bukan kewajiban seremonial. Di Hari Nusantara, PKN memilih berdiri di sisi rakyat. Karena bagi PKN, kemanusiaan adalah wujud tertinggi dari kebangsaan.(By)
Posting Komentar